Semangat Perempuan Flores Menenun Songke

Avatar photo
kain songke
Tenun Ikat SONGKE MANGGARAI//foto kompas (markus makur)

Labuan Bajo, Delegasi.com – Seiring perkembangan promosi pariwisata Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur yang sangat pesat membawa dampak positif bagi masyarakat. Walaupun tidak semua. Pulau Flores yang terkenal dengan binatang Komodo dan sudah menggelar puncak Sail Komodo pada September 2013 lalu ikut memberikan andil dalam membangkitkan kembali keunikan-keunikan budaya Manggarai Raya. Salah satunya adalah tenun Songke.

Diberitakan kompas.com, tenun songke merupakan kain khas adat orang Manggarai Raya yang diwariskan leluhur mereka. Berpuluh tahun yang lalu, secara tradisional leluhur orang Manggarai yang mungkin dimulai dari Kampung Todo menenun kain songke dari bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan modern dan Indonesia memasuki zaman orde baru membawa perubahan yang sangat drastis.

Salah satunya adalah masuk kain dari daerah lain yang dijual kepada masyarakat Manggarai Raya. Kain untuk dipakai kaum perempuan dan laki-laki di kampung-kampung bermotif modern atau hasil olahan pabrik dari daerah lain.

Tenun Songke Manggarai Raya bermotif bajawa//foto compas.com(markus makur)

Perlahan tapi pasti kain songke kian terpinggirkan ditambah dengan harganya yang sangat mahal. Oleh karenanya, warga berebut membeli kain olahan pabrik untuk digunakan. Namun, sebagian warga masih mempertahankan kain songke, apalagi dipakai pada upacara adat, upacara perkawinan secara adat orang Manggarai Raya.

 Bahkan manfaat ekonomi dari kain songke belum dirambah oleh masyarakat Manggarai Raya sehingga menenun kain songke sebagai kegiatan tambahan di rumah setelah mengolah pertanian.

Gencarnya perkembangan pariwisata yang ditandai kunjungan wisatawan asing dan domestik (membuat warga mulai membangkitkan kembali usaha menenun kain songke. Ditambah lagi, orang asing dan domestik mencari keunikan-keunikan kain khas tiap daerah di Indonesia. Dampak dari menenun kain songke meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.

Baju dari kain Songke//foto kompas.com (markus makur)

Selain itu, peminat kain-kain khas di setiap daerah Indonesia gencar mengunjungi wilayah Manggarai Raya untuk membeli kain bermotif unik. Koreografer yang terjun ke fashion show dengan pakaian khas masing-masing daerah selalu mengunjungi kampung-kampung yang masih menenun kain songke.

Di Flores, masing-masing kabupaten memiliki motif kain tersendiri. Itulah keunikannya, seperti di wilayah Manggarai Barat, motif kain songke yang terkenal adalah motif kain songke mata manuk. Motif ini selalu dicari oleh warga lokal maupun orang-orang Manggarai yang berdomisili di Jakarta dan didaerah lainnya.

“Motif kain songke mata manuk selalu dibeli oleh orang lokal Manggarai Raya, orang asing, orang-orang Manggarai yang berdomisi di Jakarta dan di daerah lain di Indonesia. Mereka selalu memesan kain songke bermotif tersebut,” kata Leli Maria Goreti (42) kepada Kompas.com di Pameran Sentra Kreatif Rakyat (SKR) di Youth Center Labuan Bajo, Sabtu (22/11/2014) lalu.

Tas dari anyaman daun pandan pada Pameran Sentra Kreatif Rakyat (SKR) di Youth Center Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (22/11/2014).//foto kompas.com (markus makur)

Dikenal dengan panggilan Leli Artshop, Leli menjelaskan, di art shopnya di kawasan Bandara Komodo dia menjual berbagai jenis tenun dari wilayah Nusa Tenggara Timur dan kerajinan-kerajinan lokal Manggarai Raya seperti patung komodo, topi songke Manggarai Raya, topi Rea khas Manggarai Barat.

“Saya memiliki kelompok penenun di Kampung Todo dan di beberapa kampung di wilayah Manggarai Raya. Saya sudah 12 tahun menekuni penjualan kain tradisional bermotif Nusa Tenggara Timur. Banyak turis membeli patung, topi, kain bermotif Nusa Tenggara Timur. Banyak orang di Jakarta yang selalu memesan ke saya. Saya sering mengikuti pameran, baik yang dilaksanakan pemerintah maupun pihak swasta,” jelas perempuan asal Kampung Sita, Manggarai Timur yang bersuamikan orang Manggarai Barat dan tinggal di Labuan Bajo itu.

Leli menjelaskan, kain songke bermotif Mata Manuk dijual seharga Rp 500.000 karena cara pembuatannya sangat berbeda dan membutuhkan waktu lama dan ketelitian.

Kain bermotif binatang komodo pada Pameran Sentra Kreatif Rakyat (SKR) di Youth Center Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (22/11/2014).//foto kompas.com(markus makur)

Ketua Kelompok Tenun Songke Waenakeng, Desa Poco Rutang, Kecamatan Lembor, Manggarai Barat, Rofina Kartini didampingi anggotanya, Katarina Nurtiyati kepada Kompas.com, disela-sela pameran sentra Kreatif Rakyat menjelaskan, pendampingan dari tim sentra kreatif rakyat pusat memberikan harapan baru bagi kaum perempuan yang memiliki keterampilan dalam menenun.

Setelah diinformasikan pada 2012, sebelum Sail Komodo, keduanya mengakui mulai memiliki gairah untuk menekuni kembali menenun songke. Hasilnya, tiga kali mereka mengikuti pameran di Kota Labuan Bajo. Hasil penjualan kain songke sangat bagus dan membantu membiayai pendidikan anak-anak di perguruan tinggi.

“Ke depan ini kami mulai fokus untuk mengembangkan tenun songke sebab kami sudah merasakan keuntungannya. Kami berharap program Sentra Kreatif Rakyat tidak boleh dihentikan melainkan program ini diteruskan. Kami merasakan peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat,” jelas Katarina.

 Tas bermotif binatang komodo dan rusa pada Pameran Sentra Kreatif Rakyat (SKR) di Youth Center Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (22/11/2014).// foto kompas.com(markus makur)

Sentra Kreatif Rakyat (SKR) adalah Program Pengembangan Ekonomi Kreatif dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di bawah Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya yang bertujuan untuk mengembangkan wilayah-wilayah produk kreatif bercirikan lokalitas rakyat di wilayah tersebut.

Koordinator program Sentra Kreatif Rakyat Kabupaten Manggarai Barat, Niniek Dhiniyanti memaparkan, daerah-daerah percontohan Program SKR antara lain Kabupaten Batang dan Kabupaten Magelang di Jawa Tengah, Kabupaten Pacitan di JawaTimur, Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara di Sulawesi Selatan dan Kabupaten Manggarai Barat  di Nusa Tenggara Timur.

Menurut Dhiniyanti, kegiatan Program Pengembangan SKR di Manggarai Barat antara lain penelitian dan pengembangan motif-motif tradisional produk kreatif, peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas teknik dan desain produk Tenun Songke Manggarai Barat, Batik,dan Produk Kayu.

Topi Songke Manggarai Raya pada Pameran Sentra Kreatif Rakyat (SKR) di Youth Center Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (22/11/2014).//foto kompas.com(markus makur)

Sebagai langkah publikasi kegiatan SKR dan promosi hasil karya kelompok SKR, diselenggarakan Pameran Sentra Kreatif Rakyat Manggarai Barat pada 22–24 November 2014 yang diikuti 30 perajin dari Kecamatan Lembor, Lembor Selatan, Desa Komodo, Kota Labuan Bajo dan Kota Ruteng.

Pada pameran ini akan dipamerkan dan diperdagangkan produk-produk kreatif antara lain tas tenun songke, selendang tenun songke pewarna alam, tas dan kain batik pewarnaan alam dengan motif komodo dan biota laut, produk suvenir dari patung kayu, kain destar (ikat kepala) pewarna alam dengan motif rumah adat Manggarai dan sawah lodok serta inovasi-inovasi desain produk batik, tenun dan kayu lainnya hasil karya kelompok SKR.//delegasi(*/hermen)

Komentar ANDA?