Holding ketiganya, termasuk holding asuransi, ditargetkan rampung paling lambat pada semester kedua tahun ini.
Namun, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo, mengatakan pembentukan holding perasuransian harus lebih dulu menunggu ketiga holding tersebut karena diurutkan berdasarkan urgensinya.
“Saat ini urgensinya ada tiga holding, yaitu jalan tol, perumahan, dan keuangan. Jadi, ini masih awal untuk holding perasuransian, kami akan lihat nanti ke depannya,” ujarnya di kantornya, seperri dikutip CNNIndonesia.com, Senin (16/4/2018.
Kendati ditempatkan paling akhir, namun proses pembentukan holding perasuransian sudah mulai tahap pengkajian hingga memantapkan pilihan ke PT Jasa Raharja (Persero) sebagai pimpinan holding.
Bila dibandingkan dengan holding sektor keuangan, tahapannya masih belum sampai pada permintaan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Tapi izin belum ada dari OJK, namun sudah mulai dibicarakan,” terang dia.
Bila sampai restu OJK berhasil dikantongi pemerintah, barulah Peraturan Pemerintah (PP) dibuat dan diterbitkan oleh pemerintah.
Perusahaan pelat merah yang akan masuk ke holding perasuransian, yaitu PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero), PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero), dan PT Asuransi Asei Indonesia (Persero), termasuk PT Asuransi Jasa Raharja (Persero).
Lalu, ada pula perusahaan re-asuransi, yaitu PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, dan PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasional Re).
Gatot bilang nantinya masing-masing perusahaan tetap akan menjalankan bisnis sesuai dengan bidangnya masing-masing seperti saat ini.
Namun, pemerintah memastikan agar fokus bisnisnya tak bertabrakan.
Jagokan Jasa Raharja
Kendati telah memantapkan niat untuk mendapuk Jasa Raharja sebagai pimpinan holding perasuransian, sebenarnya pada awal rencana, pemerintah berencana menunjuk Jasindo sebagai bos holding.
Namun, rencana itu berubah lantaran pemerintah memikirkan kestabilan neraca keuangan (balance sheet) dari perusahaan yang akan memimpin holding.
Menurut Gatot, pemerintah melihat, Jasa Raharja yang lebih siap ketimbang Jasindo.
“Balance sheet-nya lebih bagus Jasa Raharja daripada Jasindo. Jasa Raharja lebih independen daripada yang lain. Kalau yang lain masih perlu mendapatkan suntikan dari pemerintah. Kalau Jasindo kan masih perlu dibantu dengan tender dan lainnya,” terangnya.
Lebih lanjut Gatot menuturkan dengan neraca keuangan Jasa Raharja yang lebih baik, diharapkan tujuan pembentukan holding perasuransian untuk memperbesar suntikan modal ke anak-anak usaha asuransi pelat merah, hingga membuat pangsa pasar asuransi BUMN lebih besar bisa tecapai. (CNNIndonesia/hermen)