Talenta Alam Maxi Laba, Pandai Besi Berkelas Asal Adobala Yang Tersembunyi

Avatar photo
Bapak Maxi Laba sedang disambangi Tim Rahim Lamaholot Kalimantan Barat, Elys Muda & Yuli Tokan, di Bengkel Besi Adobala, Selasa, 16/11/2021, Pagi. (Delegasi.Com/BBO)

ADONARA-DELEGASI.COM– Talenta alam semesta yang tersembunyi, milik Bapak Maksimus Laba, warga Desa Adobala,Kelubagolit-Flores Timur, yang dihadiahkan Tuhan, sebagai Pandai Besi, sungguh luar biasa.

Meskipun, masih dengan modal sendiri seadanya dan peralatan yang masih serba terbatas,Ayah dari Wilfridus Wali Doni, Jakaria Bala Miten dan Sofia Bantel, ini mampu menciptakan berbagai hasil karya seni dari besi yang menarik dan berkualitas, dengan harga terjangkau.

Seperti Parang berukuran besar, sedang, tipe Samurai, Kelewang, Pisau dengan beragam bentuk dan tipe, Tombak serta peralatan besi lainnya.

Hebatnya, setiap hari berbagai peralatan besi itu terus diproduksi sendiri oleh Bapak Maxi Laba, sesuai pesanan pelanggan.

Juga untuk stock, jika sewaktu-waktu diminta beli.

Ia hanya ditemani dan dibantu oleh Anak lelaki Sulungnya, Wilfridus Wali Doni (31), yang cacat mata (buta, red) sejak dari rahim Mamanya, Petronela Purek Nuba (52).

Oleh sebab, Adiknya Jakaria Bala Miten (26), memilih menekuni hidup sebagai nelayan, yang saban hari melaut di Perairan Sagu.

“Iyah Pak, Saya kerja sendiri, semenjak memulai usaha ini 5 tahun lalu, setelah Saya lepas jadi Tukang Bangunan.

Saya hanya ditemani dan dibantu Anak Wali Doni, meskipun Dia dalam keadaan buta.

Setiap hari Dia bantu Saya kerja. Mulai dari ambil perkakas kerja di gudang, bawa ke bengkel, jaga dan bantu kerja, hingga Sore, lalu menyimpan Perkakas kembali ke gudang.

Perkakas semua itu Dia yang bersihkan dan simpan, sampai pegang kunci gudang,”ujar Bapak Maxi Laba, merendah saat diajak ngobrol Delegasi.Com, yang mendatangi langsung bengkel kerjanya, yang masih sangat sederhana, Selasa, 16/11/2021, Pagi.

Pria berkacamata, 53 tahun, kelahiran Adobala, 28 Juli 1968 itu, tetap terlihat tenang bekerja, menyepuh Parang di dalam bara api, yang terus menyala.

Walaupun, terus diajak ngobrol Delegasi.Com, bersama Tim Rahim Lamaholot Kalbar, Elys Muda dan Yuliana Tokan, serta Mama Petronela Purek Nuba, yang ikut mengantar Anak Wali Doni, ke bengkel untuk menemui Delegasi.Com.

Maklum, ada banyak pesanan pelanggan yang harus diselesaikan Bapa Maxi Laba.

Sebagaimana disaksikan langsung Delegasi.Com, beberapa Parang pun sudah selesai disepuh.

Sementara saat ditanya lebih jauh berapa yang bisa diselesaikan setiap hari, Maxi Laba menjelaskan, jikalau Parang ukuran besar, maka Satu (1) buah setiap hari.

Ukuran sedang bisa 3 hingga 4 buah per hari.

Kalau Pisau, mqka bisa 6 buah per hari.

“Yah, total per bulan bisa 20 an buah,”pungkasnya, tersenyum.

Sembari menambahkan, itu pun karena keterbatasan peralatan kerja dan modal buat beli besi, perlengkapan lainnya, termasuk tenaga kerja.

“Bisa berproduksi lebih banyak dan cepat kalau modal, peralatan dan tenaga kerja mendukung,”ujarnya, optimis.

Sedangkan, pasar pembelinya, selain Adonara, Larantuka daratan, Lembata, tapi sesekali dipesan untuk hadiah keluar daerah.

“Misalnya, saat kunjungan Tim Bravo 5 ke Adonara beberapa waktu lalu, dipesan Parang Besar untuk cinderamata Ketua Tim Bravo 5 bawa ke Jakarta,”terang Maxi Laba.

Pada bagian lainnya, Dia juga mengakui, sejauh ini belum ada kerjasama dengan pihak lain.

Termasuk bantuan modal usaha, baik dari Pemdes Adobala, Pemda Flotim, Propinsi maupun Pusat.

Terkait peralatan kerja bengkel besi, Bapa Maxi Laba, yang boleh dibilang punya keluarga unik, karena dua anak laki-lakinya, yakni Wilfridus Wali Doni, yang cacat mata sejak lahir, dan Jakaria Bala Miten, yang berprofesi nelayan, dimana masing-masingnya memeluk agama berbeda, yakni Wali Doni (31) menjadi seorang Katolik, dan Jakaria Bala Miten menjadi seorang Muslim, namun hidup rukun dan damai, sangat membutuhkan bantuan untuk beberapa peralatan vital, yakni: Pelower atau Kipas Angin Listrik, Travo Las, Genzet, Penambahan Daya Listrik, hingga gedung tempat bekerja yang lebih baik.

“Memang, hingga kini Saya belum minta bantuan ke pihak manapun.

Saya masih kerja dengan modal sendiri dan peralatan seadanya.

Tidak apa-apa. Biar pelan-pelan saja, Pak,”nukilnya, tenang.

Soal harga, dirinya sampaikan, variatif. Mulai dari Pisau rata-rata Rp. 50 ribu per buah, Parang ukuran sedag Rp. 350 ribu-Rp.500 ribu per buah, sampai dengan Parang berukuran besar dipatok Rp. 1.500..000 per buah.

“Boleh pesan kapan saja, Kami siap layani dengan kualitas terbaik,”tutupnya, mengakhiri obrolan.

(Delegasi.Com/BBO)

Komentar ANDA?