Testimoni Ibu Natalia Tentang Jasa Raharja

  • Bagikan

“Aturan adat pengobatan tradisional kakaluk pasien  hanya dapat ditemui oleh  Bapaknya atau Saudara laki – laki. Saya harus tunduk pada peraturan tersebut. Saya sadar pelayanan  Jasa Raharja sejalan dengan adat dan budaya daerah setempat,”  Beranda NKRI. KPJR BELU)  

Delegasi.Com – Memasuki area perumahan bantuan pemerintah bagi para pengungsi eks Timor – Timor di desa Kereana Kecamatan Botinleobele Kabupaten Malaka pada tanggal 24 September 2018 memori saya kembali teringat bahwa pada tanggal 28  Februari 2018 saya melakukan survey ke rumah yang sama yang saya datangi hari ini.

Kala itu seluruh anggota keluarga berduka karena  Zaime De Araujo anak Sulung dari pasangan suami istri Bapak Duarte De Araujo dan Ibu Natalia Marques menggalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia.  

Kedatangan saya kali ini bersama Kepala Desa Kereana Yakobus Ulu Ose dan Bapak Dusun sebenarnya untuk melakukan survey Cacat Tetap terhadap dua rekan Almarhum yang kala itu tidak bisa saya jumpai karena sudah dibawah ke dalam rumah adat untuk melakukan pengobatan non medis kakaluk.

Aturan adat pengobatan tradisional kakaluk pasien  hanya dapat ditemui oleh  Bapaknya atau Saudara laki – laki. Saya harus tunduk pada peraturan tersebut. Saya sadar pelayanan  Jasa Raharja sejalan dengan adat dan budaya daerah setempat.

Saat menyalami Pak Duarte dan ibu Natalia kami dipersilahkan duduk, kebetulan posisi duduk saya menghadap ke rumah milik pak Duarte yang dindingnya terbuat dari pelepah daun Lontar.

Arah pandangan mata saya lurus menembus ke dalam ruang tamu. Karena malam hari dan penerangan hanya di bantu lampu Sehen bantuan Pemerintah Daerah yang tidak terlalu terang mata saya fokus melihat lemari etalase yang terbuat dari kayu yang menurut analisa saya itu merupakan lemari jual.

Memenuhi hasrat  untuk mengetahui saya melakukan konfirmasi kepada Pak Duarte.

Bapak itu lemari apa?  Pertanyaan saya tujukan kepada Pak Duarte yang mengambil posisi duduk di samping saya. Tetapi Jawaban itu justru saya dapatkan dari Ibu Natalia yang duduk di depan pintu rumah . Ibu Natalia dengan suara lantang memberikan jawaban bahwa yang saya lihat itu  kios.

Dana Santunan yang bapak berikan saya Pake satu juta lima Ratus (Rp.1.500.000) untuk buka kios.

Mendengar jawaban spontan dari Ibu Natalia  Saya pun bangkit berdiri dan bersama Pak Duarte serta Ibu Natalia masuk kedalam rumah.

Ternyata benar Etalase kayu sederhana yang terbuat dari kawat jaring di bagian depan dan dilengkapi pintu di bagian belakang. Dengan panjang sekitar 2 meter dan tinggi 1, 30 meter berisi penuh barang kebutuhan rumah tangga.

Dalam benak saya yang ada di depan saya ini layaknya hanya merupakan Lemari jual sederhana yang disimpan dalam rumah untuk melakukan kegiatan jual beli. Tetapi sudahlah untuk menjaga agar ritme komunikasi kami tetap fokus. Sayapun mengajukan pertanyaan lagi sejak kapan mama buat kios ini. Ibu Natalia kembali antusias menjawab bahwa 40 hari setelah kematian anak sulungnya. 40 hari merupakan tahapan terakhir dalam prosesi duka masyarakat Timor pada umumnya.

Hal paling krusial yang ingin saya ketahui adalah apakah benar modal kios ini berasal dari Dana Santunan Meninggal Dunia yang diserahkan Jasa Raharja pada tanggal 01 Maret 2018.

Maka pertanyaan pun saya ajukan lagi mama apakah benar modalnya dari Dana Santunan. Kembali Ibu Natalia menyampaikan bahwa.

Ketika Bapak kesini menyerahkan Dana Santunan ( Bukti transfer Bank ) serta menghimbau keluarga untuk mengunakan dana santunan untuk usaha kami pun membuat sesuai pesan Bapak.

Penjelasan Ibu Natalia terus menggalir tentang omset perhari minimal Rp.50.000 yang berarti pendapatan sebulan minimal Rp.1.500.000. pendapatan minimal 1.500.000 cukup lumayan untuk orang yang tinggal di desa.

Keterpurukan ekonomi keluarga merupakan  dampak nyata dari  korban kecelakaan lalu lintas. Biaya adat istiadat dalam prosesi berkabung masyarakat NTT juga sudah mengerus ekonomi keluarga. Apalagi bila korban kecelakaan merupakan pencari nafkah keluarga.

Pada daerah tertentu keluarga korban kecelakaan harus menanggung biaya adat berupa hewan dan biaya prosesi. Keluarga yang sudah berduka kehilangan anggota keluarga harus lagi memikul beban ekonomi untuk prosesi adat sampai dengan selesai. Hal ini yang memperparah ekonomi keluarga korban kecelakaan.

Tak Jarang kami temui Dana Santunan Kecelakaan banyak terpakai untuk acara adat. Pertanyaan kritis berapa bulan  dengan Dana Santunan Rp. 50.000.000 keluarga korban kecelakaan dapat bertahan hidup ?

Gerakan Motivasi Usaha Bagi Ahli Waris

Berawal dari Empati terhadap keterpurukan ekonomi sebagai dampak nyata dari korban kecelakaan lalu lintas dan sering dihadapkan dengan realita kehidupan masyarakat desa korban kecelakaan di daratan NTT,  dalam berbagai kesempatan ketika menyerahkan santunan, moment ini kami gunakan  untuk memberikan motivasi kepada keluarga korban kecelakaan untuk bangkit dari kesedihan dan menggunakan dana santunan untuk hal yang sifatnya produktif dan tidak konsumtif.

Mengambil waktu menyempatkan menyerahkan Bukti Transfer Bank pada saat korban kecelakaan sudah di kuburkan, karena pada saat itu kita dapat berdiskusi dengan keluarga korban.

Sering dalam memberikan motivasi kepada keluarga kami  mencari informasi tentang kesempatan usaha yang dapat dijalankan dilokasi tempat tinggal ahli waris.

Bila lokasi pertanian dan perkebunan maka kami anjurkan untuk membeli bibit tanaman dan peralatan pertanian dan perkebunan, bila lokasi peternakan di anjurkan untuk membeli sapi , kambing, babi atau ayam , bila ahli waris memiliki skil menenun maka di anjurkan untuk membeli benang dan peralatan tenun , dan usaha dagang lainnya termasuk kios.

Empati tidak sekedar mengusap air mata serta  memberikan kata penghiburan pada para korban kecelakaan, akan tetapi empati merupakan tindakan nyata untuk menuntun keluarga korban kecelakaan keluar dari kesedihan dan menatap masa depan dengan pasti.

Filosofi ekonomi yang terkandung dari pemberian dana santunan kepada ahli waris  untuk memberikan kemampuan finansial keluarga Korban agar dapat bertahan hidup dalam beberapa waktu kedepan sebelum dapat move on dari takdir musibah kecelakaan lalu lintas.

Ibu Natalia dengan omset perbulan Rp.1.500.000 di desa terpencil di kabupaten Malaka merupakan hasil dari empati nyata yang diberikan dengan motivasi yang jelas untuk menggunakan dana santunan bagi  hal yang produktif.

Gerakan Motivasi kepada Ahli Waris korban kecelakaan lalu lintas untuk menggunakan Dana Santunan sebagai modal usaha sehingga dapat menjaga asap dapur tetap mengepul di desa  dengan mengembangkan usaha sesuai potensi daerah dan rumah tangga akan terus di laksanakan.

Dengan harapan akan saya dapati Ibu Natalia lain dengan usaha dan kondisi yang beragam di tanah Timor.(*)

Komentar ANDA?

  • Bagikan