Ekbis  

Tingkatkan Produksi Pajale Distanbun NTT Optimalkan Investasi Alsintan

Avatar photo
Kepala Distanbun NTT, Yohanes Tay Ruba

Kupang-Delegasi – Untuk meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelei (Pajale) yang merupakan bahan pangan utama masyarakat, Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT mengoptimalkan alat dan sarana pertanian yang telah diinvestasikan sejak tahun 2015.

Demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT, Yohanis Tay Ruba kepada wartawan belum lama ini di ruang kerjanya. Menurut Yohanis, pemerintah pusat maupun daerah masih tetap fokus untuk meningkatkan produksi Pajale untuk mewujudkan kedaulatan atau swasembada pangan nasional.

“Untuk saat ini, Kementerian pertanian dan kita di daerah masih terus mendorong pelaksanaan Upaya Khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelei atau Upsus Pajale. Upaya kita antara lain,  menyalurkan benih, pupuk, perluasan areal tanam, pencetakan sawah baru, dan memobilisasi peralatan/sarana pertanian. Kita manfaatkan peralatan yang disalurkan sejak tahun 2009-2015, yakni : traktor roda 4 (135 unit), traktor roda 2 (1.644 unit), pompa air (996 unit), alat tanam padi (148 unit),” rincinya.

Ia menjelaskan, Upaya Khusus (Upsus) untuk meningkatkan produksi Pajale yang dilakukan pihaknya antara lain, perluasan areal tanam (extesifikasi), peningkatan produksi (intensifikasi) dan pengelolaan alat/sarana pertanian yang telah dinvestasikan sejak tahun 2015 secara optimal.

Untuk mewujudkan itu, pihaknya memiliki target-target areal pada tahun 2016 ini. Untuk padi, rinci Yohanis, areal tanam padi tahun 2015/2016 ditargetkan seluas 229.618 Ha. “Realisasinya seluas 215.249 Ha. Lebih rendah dari realisasi musim tanam tahun 2014/2015 yang mencapai 220.100 Ha. Rendahnya realisasi tersebut, kurangnya curah hujan atau bergesernya musim hujan sehingga lahan-lahan tadah hujan tidak ditanami,” jelasnya.

Untuk musim tanam 2016 (April-September), lanjutnya, ditargetkan seluas 57.378 Ha.  “Kementerian Pertanian minta support maka target ditambah menjadi 74.000 Ha. Untuk semester pertama 2016, kita masih mengejar target 57.378 Ha. Realisasi sampai Juni 2016 seluas 34.147 Ha. Sisanya sekitar 23.231 akan kita kejar pada Agustus dan September ini,” papar Yohanis.

Untuk jagung, lanjutnya, pada musim tanam 2016 tahun 2016 (April-Oktober) ditargetkan 12.542 ha. “Hingga Juni telah direalisasikan hingga 13.194 Ha atau lebih dari target yang ditetapkan,” kata Yohanis.

Sedangkan untuk kedelei, pada musim tanam tahun 2016 (April-Oktober) ditargetkan 7.634 Ha. “Realisasi hingga Juni seluas 3.274 Ha,” tutur Yohanis.

Untuk untuk mengejar target, jelas Yohanis, pihaknya telah menyalurkan bantuan benih padi, jagung dan kedelei baik yang bersumber dari dana APBN 2016 maupun APBD NTT 2016. “Bantuan benih dari APBN antara lain padi seluas 85.000 Ha dan jagung hibrida 97.000 Ha, serta kedelei untuk intensifikasi dan ekstensifikasi seluas 9.675 Ha,” paparnya.

Sedangkan bantuan benih dari APBD NTT, rincinya, antara lain benih padi seluas 1.400 Ha, Jagung 16.000 Ha, dan kedelei 90 Ha.  “Untuk penangkaran benih (APBD NTT), antara lain padi seluas 250 Ha, Jagung composite 500 Ha, dan kedelei 35 Ha,” kata Yohanis.

Selain itu, katanya, juga disalurkan berbagai jenis peralatan pasca panen sebanyak 3.216 unit. “Untuk pencetakan sawah kerjasama dengan TNI, pada tahun 2016 seluas 3.216 Ha yang tersebar di 18 kabupaten,” jelasnya.

Untuk mencapai target Upsus Pajale, papar Yohanis, Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT melakukan langkah-langkah percepatan antara lain :

  1. Melakukan gerakan panen dan tanam cepat dengan mengoptimalkan potensi lahan irigasi (pemanfaatan potensi air) dan sarana prasarana pendukungnya;
  2. Pelaksanaan kegiatan cetak sawah (perluasan) di 18 kabupaten dengan total luas areal 3.216 Ha;
  3. Untuk mendukung perluasan areal sawah, telah dialokasikan bantuan Alsin berupa pompa air 4 dim yang di kelola oleh Kodim dengan pola brigade Alsin;
  4. Penambahan Alsin dengan mengusulkan bantuan Alsin ke Kementerian Pertanian berupa pompa air 3 dim sebanyak 150 unit untuk mendukung lahan sawah seluas 3.216 Ha, yang dikelola dengan pola brigade Alsin oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota;
  5. Koodinasi intensif antara Dinas Pertanian, TNI dan Badan Penyuluh untuk melakukan gerakan serta mengumpulkan dan memanfaatkan semua ALSINTAN pra panen (traktor, pompa air, dan rice transplanter);
  6. Melakukan monitoring lokasi untuk mengetahui kendala di lapangan dan upaya penanganannya;
  7. Meningkatkan frekuensei pertemuan antara mantri tani, PPL, dan Babinsa dalam rangka evaluasi keadaan di lapangan dan pelaporan data lapangan (tertib laporan);
  8. Menghadiri pertemuan koordinasi pelaksanaan UPSUS PAJALE di Kabupaten.
  9. Pendampingan intensif Kementerian Pertanian melalui penanggung jawab UPSUS tingkat provinsi oleh staf ahli Kementerian Pertanian dengan 4 penananggung jawab wilayah, antara lain Kepala Balai Penelitian Pertanian Noelbaki, Kepala BPPT-Naibonat, dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. // Deegasi.egi

Komentar ANDA?