Kupang, Delegasi.com – Tim pengendalian inflasi daerah (TPID) Nusa Tenggara Timur menyepakati tujuh komitmen bersama guna menjaga inflasi di daerah itu agar tetap terjaga.
“Kita harapkan agar inflasi di NTT ini tetap terjaga dengan menyepakiti tujuh komitmen bersama ini,” kata Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat memimpin rapat high level meetingyang hadiri oleh sejumlah kepala daerah di sejumlah kabupaten/kota se-NTT, seperti yang dilansir ANTARANews.co , Senin (9/4/2018).
Ia mengatakan tujuh komitmen bersama yang disepakati tersebut di antaranya mempercepat dan mempermudah investasi industri daging ayam ras, telur ayam ras dan pakan ternak.
Selain itu, memperkuat organisasi TPID se-NTT mengacu pada Keppres no 23 tahun 2017 tentang Pengendalian Inflasi Nasional, mempercepat alur koordinasi dan komunikasi antar TPID melalui instant messaging, sehingga semakin maksimal kerja dari TPID tersebut.
Tak hanya itu komitmen bersama yang dijalin juga diantaranya adalah menetapkan harga acuan komoditas hortikultura serta mengimplementasikan Program Pasar Tertib Ukur di seluruh NTT.
Pengendalian Konsumsi Masyarakat melalui pilot project Program Masyarakat Sadar Inflasi.
Gubernur NTT dua periode itu juga menambahkan saat ini sejumlah komoditi menjadi penyumbang inflasi di NTT, karena itu menjadi perhatian bersama untuk meningkatkan produktivitas komoditi-komoditi tersebut agar inflasi di NTT dapat dijaga dan tetap terkendali.
“Kita tentu komit mengambil langkah-langkah agar di tahun 2018, inflasi di daerah ini dapat terkendali dengan baik,” demikian Frans Lebu Raya yang akan mengakhiri masa jabatan kedua sebagai Gubernur NTT pada Juli 2018.
Inflasi maret
Kepala Kantor BI Perwakilan Wilayah NTT Naek Tigor Sinaga menyatakan hingga Maret 2018 inflasi di provinsi berbasis kepulauan itu masih terjaga, namun hanya mengalami deflasi sekitar-0.43 persen (mtm).
Jika dibandingkan dengan tahun 2017, kata Tigor, inflasi daerah NTT tercatat sebesar 2,26 (yoy) atau terendah ke-5 secara nasional.
“Deflasi Provinsi NTT disumbang oleh penurunan harga kelompok bahan makanan yang bergejolak sebesar -2,71 persen (mtm) di antaranya ikan kembung, ikan kakap merah, daging ayam ras, wortel dan daung singkong,” tambahnya.
Di sisi lain kelompok “core inflation” inti dan administrasi price mengalami inflasi namun masih dalam level yang rendah.
Core Inflation sendiri adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen dan persistent.
Lebih lanjut ia mengatakan terjaganya inflasi di provinsi NTT pada bulan Maret didukung oleh terjaganya inflasi di kota Kupang yang juga mengalami deflasi -0,56 persen (mtm).
Tigor pun di hadapan Gubernur NTT dan peserta “High Level Meeting” mengatakan tantangan pada tahun 2018 yang harus diperhatikan antara lain potensi inflasi pada bahan makanan penunjang inflasi yang dipengaruhi oleh kenaikan BBM, momen hari besar keagamaan, dan masih tingginya ketergantungan terhadap daerah lain dalam hal pasokan bahan makanan.
Komoditas harga bahan makanan penyumbang inflasi (volatile food) perlu juga menjadi fokus perhatian TPID diantaranya beras, bawang merah, bawang putih, cabai merah, kangkung, daging dan telur ayam. //delegasi(antaranews.com/hermen)