KUPANG, DELEGASI.COM – Hama Ulat Grayak dan Tikus menyerang sekitar 8.745 Ha tanaman Jagung dan Padi di Flores Timur, Sikka dan Ngada. Petani di 3 Kabupaten di Pulau Flores terancam gagal panen.
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diminta untuk segera menangani serangan hama tersebut yang telah merugikan petani hinggal milyaran rupiah.
Demikian diungkapkan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT dari Fraksi PDI Perjuangan, Patris Lali Wolo yang dihubungi melalui telepon selularnya karena sedang melakukan kunjungan ke 3 kabupaten tersebut untuk melihat langsung dampak dari serangan ulat grayak, tikus dan kekeringan di Pulau Flores.
“Berdasarkan data terakhir per 14 Maret 2020, luas serangan ulat grayak dan tikus di Flores Timur, Sikka dan Ngada sudah mencapai 8.745.
Serangan ini menimbulkan kerugian hingga milyaran rupiah bagi para petani.
Dari luas serangan itu, baru sekitar 2.187 Ha atau sekitar 25 persen yang dikendalikan.
Serangan ini harus segera dikendalikan secara meluas. Jika tidak segera dikendalikan, ini bakal kerugian yang besar bagi petani,” tandas Lali Wolo.
Menurutnya, serangan tersebut masih terus berlanjut.
“Dari luas tanam padi dan jagung pada 3 kabupaten tersebut sekitar 12.072 (sesuai laporan petani, red) ada sekitar 11.974,9 Ha yang terancam serangan hama tersebut. Jadi harus segera dilakukan langkah konkrit dari pemerintah, khususnya Dinas Pertanian untuk mengatasi serangan hama tersebut.
Jika tidak akan berdampak pada kerawanan pangan,” tegas Lali Wolo yang juga Bendahara DPD PDI Perjuangan NTT.
Selain serangan ulat grayak dan tikus di 3 kabupaten tersebut, ungkap Lali Wolo, ada sekitar 1.085 Ha tanaman jagung di Kabupaten Sikka yang mengalami puso atau kekeringan.
“Gagal panen karena serangan hama dan kekeringan itu akan berdampak pada kerawanan pangan. Karena itu, pemerintah daerah harus sigap dan siap sedia untuk menjaga stok pangan dan menyediakan dana tanggap darurat KLB (Kejadian Luar Biasa, red) ini,” pintanya.
Kendala di lapangan, jelas Lali Wolo, kurangnya dukungan pestisida dan upaya pemberantasan.
“Tenaga Pengamat Hama dan biaya operasional juga kurang. Tenaga PPL juga sangat kurang dengan ratio 1 PPP untuk 3 desa, ini tidak efektif,” kritiknya.
Ia juga menyayangkan tidak dianggarkannya Biaya Operasional Penyuluh Pertanian dalam APBD NTT.
“Padahal ini yang harus diperhatikan agar kita bisa mewujudkan Petani NTT yang maju dan modern,” kata politisi dengan perolehan suara terbanyak di DPRD NTT.
Lali Wolo merincikan, berdasarkan data yang diperoleh saat kunjungan ke 3 kabupaten tersebut, di Kabupaten Flores Timur berdasarkan Update per 13 Maret 2020, serangan ulat grayak pada jagung mencapai 4.285 Ha dari luas tanam Rp 12.072 Ha.
Luas lahan yang terancam serangan sekitar 7.787 Ha. Luas lahan yang dikendalikan hanya sekitar 2.065 Ha.
“Bahkan lahan jagung yang tidak ada pengendalian mencapai 2.220 Ha,” katanya.
Sedangkan di Kabupaten Ngada, katanya, serangan ulat grayak pada tanaman jagung 290 Ha dari luas tanaman sekitar 5.046 Ha.
Luas lahan tanaman jagung yang terancam sekitar 4.187,9 Ha. Luas lahan jagung yang dikendalikan sekitar 122 Ha,” rinci Lali Wolo.
Selain ulat grayak, lanjutnya, hama tikus juga menyerang sekitar 1.200 Ha tanaman padi di Kabupaten Ngada.
“Petani mengalami gagal panen. Produksi padi tinggal sekitar 5 %. Dari 1 Ha, biasanya panen padi 7 ton. Tapi akibat serangan tikus, dari 1 Ha hanya menghasilkan 0,25 ton padi,” ujar Lali Wolo.
Di Kabupaten Sikka, rincinya, berdasarkan data per 14 Maret 2020, serangan hama ulat grayak pada tanaman jagung mencapai 2.700 Ha.
Sedangkan kekeringan lahan jagung/puso sebanyak 1.085 Ha. Kepala Dinas Pertanian NTT, Ir. Yohanes Oktovianus, MM yang berusaha dikonfirmasi media ini melalui telepon selularnya, tidak menjawab panggilan wartawan. Dihubungi melalui pesan WhatApp, Yohanes tidak membalas hingga berita ini ditayangkan.
Seperti diberitakan sebelumnya, hama tikus menyerang 6,9 Ha lahan jagung milik petani di Desa Pepageka, Kecamatan Kelubagolit, Kabupaten Flores Timur.
Serangan ini membuat resah petani karena terancam gagal panen dan ancaman rawan pangan.
Namun aparat desa setempat telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur untuk mengatasi hama tikus tersebut.
//delegasi(tim)