Wawali Buka Pelatihan Staf SR dan SSR Program Malaria PERDHAKI Region NTT

Avatar photo
Foto : ISTIMMEWA

KUPANG-DELEGASI.COM–Wakil Wali Kota Kupang, dr. Hermanus Man membuka kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Staf dalam Pengelolaan Program Malaria GFATM Penguatan Komunitas Region Nusa Tenggara Timur, Selasa, (23/02) sore bertempat di Hotel Sotis Jalan Timor Raya. Pelatihan ini di prakarsai oleh PERDHAKI (Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia) selaku Principal Recipient (PR) untuk mengelola dana hibah dari Global Fund dalam rangka mendukung upaya eliminasi malaria di wilayah Indonesia timur untuk tiga tahun ke depan.

Baca Juga: BPR Larantuka Diminta Buka Neraca Aktiva Pembiayaan Kredit Ricky Leo

Project Manager Malaria PERDHAKI, dr. Ari Hermawan dalam kegiatan pembukaan, mengungkapkan pihaknya telah melakukan pengelolaan anggaran malaria sejak tahun 2010 di berbagai tempat dan kembali dipercaya oleh Global Fund untuk tiga tahun kedepan, yaitu 2021-2023.

“Tiga tahun mendatang kami diminta bergerak lebih dalam ke masyarakat sebagai Principal Recipient (PR) yaitu community base atau pendekatan berbasis komunitas,” ungkapnya.

Dijelaskan tujuan menggelar kegiatan ini yaitu meningkatkan kapasitas rekan sub recipient (SR) dan sub-sub recipient (SSR) dalam program malaria terutama kapasitas staf SR dan SSR baru dalam melakukan pengelolaan program, keuangan dan administrasi-logistik secara optimal.

Baca Juga : Ris Ara Kian,SH: Tidak Pernah Ada Uang Rp.25 Juta ke Ipi Daton,SH

Pelatihan yang direncanakan berlangsung selama tiga hari tersebut dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat bagi peserta yang berasal dari beberapa daerah di NTT yaitu dari Keuskupan Agung Kupang dan Keuskupan Agung Ende. Dia berharap pelatihan ini mampu menghasilkan sejumlah output yang maksimal dalam pengelolaan program malaria.

“Output tersebut antara lain, rekan SR dan SSR memiliki kemampuan dalam berkoordinasi dengan dinas terkait, memiliki indikator yang harus di capai, memahami sistem dan prosedur program, keuangan, M&E, logistik, dan administrasi,” ujarnya.

Ditambahkannya, selain itu Rekan SR dan SSR diharapkan memiliki kemampuan program dan monitoring yang baik (Advokasi-BCC-Empowerment Program) serta dapat mengelola program secara baik, terprogram, akuntabel dan transparan.

Wakil Wali Kota Kupang, dr. Hermanus Man dalam sambutannya mengungkapkan untuk di beberapa daerah di NTT, kasus malaria masih menjadi penyebab kematian yang tinggi pada sarana-sarana kesehatan, meskipun untuk Kota Kupang sendiri sudah status eliminasi untuk tiga tahun terakhir. Dikatakannya untuk beberapa daerah di NTT, penyakit malaria sudah sangat familiar bagi masyarakat bahkan sampai pada cara pengobatannya. Namun Wawali mengatakan perlunya pengawasan terhadap beberapa jenis obat malaria yang beredar di masyarakat karena dapat menyebabkan resistensi.

Baca Juga: Pihak Yang Bersengketa di Desa Egon Maumere Bersepakat Taati Proses Hukum dan Jaga Kamtibmas

Kepada peseta pelatihan, Wawali mengatakan terdapat tiga hal penting yang harus dimiliki oleh peserta untuk diterapkan di lapangan.

Pertama, perlunya pemahaman dan pengetahuan tentang manajemen baru seperti community base atau pendekatan berbasis komunitas. Hal ini dicontohkan Wawali seperti penanganan pandemi Covid-19 di kota Kupang yang berbasis komunitas di tingkat mikro mulai dari RT/RW. Hal yang sama juga dilakukan terhadap penanganan stunting di mana perlu melakukan kerja sama dengan berbagai pihak.

“Prinsip yang sama untuk penanganan malaria, perlu melakukan pendekatan pentahelix, bukan saja dari pemerintah tetapi melibatkan tokoh agama, pengusaha, akademisi dan pers yang diikuti dengan peningkatan sosialisasi di wilayah kerja masing-masing sehingga adanya pemahaman dan pengetahuan akan eliminasi malaria di tengah-tengah masyarakat secara baik dan benar,” jelas Wawali.

Hal kedua, yaitu skill atau ketrampilan. Hal ini dijelaskan Wawali diperlukan ketrampilan terutama dalam dalam menggalang pemberdayaan masyarakat. Untuk itu Wawali mengatakan tidak hanya teori namun dibutuhkan pengalaman yang baik untuk menangani kasus-kasus yang terjadi di dalam masyarakat. Diharapkannya simulasi dalam pelatihan ini dapat menambah pengalaman peserta.

Hal ketiga yang disampaikan Wawali yaitu mental atau attitude dalam pengelolaan sikap (Frame of Thinking) yang berkaitan dengan pemahaman akan metode dalam mengeliminasi malaria. “Sekarang teknologi semakin maju, metode-metode yang bagus harus diikuti dengan pola pikir dan sikap yang baik,” tuturnya. Wawali berharap dengan diadakannya pelatihan ini dapat mewujudkan eliminasi malaria di berbagai daerah di NTT.

Diketahui pelatihan tersebut menghadirkan narasumber dari Papua Barat, Decky Walgiarno dari PR Team Perdhaki Pusat. Sementara peserta terdiri dari SR Keuskupan Agung Kupang dengan jangkauan wilayah kerja dengan peserta yang mewakili Kabupaten Alor, Kabupaten Atambua , kabupaten Sumba Barat daya, Sumba Timur dan Kota Kupang sebanyak 10 orang. Sedangkan peserta SR PWKA Ende dengan wilayah jangkauan kabupaten Sumba Tengah, Sumba Barat, Manggarai Barat, Ende dan Lembata sebanyak 14 orang.

//delegasi(*/hms)

Komentar ANDA?