Yayasan Arnoldus Wea Giat Webinar KS: di Manakah Yesus Saat berumur 13-29 Tahun?

Avatar photo

KUPANG, DELEGASI.COM– Yayasan Arnoldus Wea Dhegha Nua menghelat Webinar Kitab Suci dengan tema “Yesus Sahabat Seperjalanan Orang Muda”, pada Rabu (29/09/2021) malam, dengan menghadirkan seorang Ahli Kitab Suci bernama Pater Petrus Christologus Dhogo, S.Fil., M.Th., Lic.

Saat virtual dengan media Zoom, muncul pertanyaan di manakah Yesus saat berumur 13-29 tahun? Hal ini disampaikan Reinard L. Meo, salah satu panitia sekaligus peserta Webinar Kitab Suci.

Reinard mengaku penasaran, sebab tidak ada narasi yang mengisahkan atau menjelaskan keberadaan Yesus pada rentang umur tersebut dalam Alkitab. Karena itu, ia menanyakan langsung pada ahli kitab suci yang menjadi narasumber dalam diskusi yang disiarkan secara langsung di YouTube AW Visual itu.

Webinar dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) tahun 2021 itu dimulai pukul 19.00 WITA. Sebelum melontarkan pertanyaan di atas, Reinard berperan sebagai pewara. Ia memulai kegiatan diskusi itu dengan sapaan hangat kepada narasumber, moderator, dan semua peserta yang berasal dari berbagai latar belakang seperti pastor, suster, guru agama, OMK, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum lainnya.

Baca Juga:

Gelar Kelas Inspirasi, Yayasan Arnoldus Wea Ajak Siswa SMA Miliki Cita-cita

Yayasan Arnoldus Wea Gugah Anak NTT untuk Berani Bermimpi dan Berjuang

Arnoldus Wea, Co-founder AW Foundation, pada sambutan pembukaan menyampaikan rasa syukurnya karena kegiatan positif itu bisa terlaksana. Ia mengaku Keluarga Besar AW Foundation merasa sangat istimewa, karena bisa memfasilitasi diskusi tentang gereja, kitab suci dan perjalanan orang muda katolik bersama kitab suci.

Bang Aldo, demikian dirinya biasa disapa, juga menjelaskan secara singkat mengenai yayasan yang dikelolanya bersama tim selama kurang lebih 3 tahun di NTT. AW Foundation memilik gerakan yang bernama Dhegha Nua, yaitu mengajak orang untuk ingat dan berbuat untuk kampung halaman, dalam konteks ini untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur. AW Foundation memiliki visi besar untuk membangun manusia muda NTT. Selama ini sudah menjalankan berbagai program kerja pada berbagai bidang penting seperti pendidikan dengan target anak anak usia sekolah; pembangunan budaya dengan target revitalisasi kampung adat dan pembangunan bidang pariwasata; serta bidang kesehatan dan pemberdayaan perempuan.

“Selama 3 tahun kami berkontribusi untuk NTT dengan berbagai macam cara. Selain menjalankan berbagai program kerja pada berbagai bidang, waktu luang lainnya kami isi dengan kegiatan diskusi virtual. Selama ini AW Foundation cukup konsiten menyelenggarakan diskusi dengan mengangkat berbagai isu aktual dan berkaitan dengan pengembangan anak muda NTT. AW Foundation meyakini, anak muda juga membutuhkan bimbingan spiritual sebagai bekal perjalanan hidupnya. Karena itu terbersitlah ide membuka ruang diskusi publik dengan tema Yesus Sahabat Seperjalanan Orang Muda dan hal-hal lain yang Berhubungan dengan Kitab Suci,” jelasnya.

Selain itu, Bang Aldo juga menemukan fakta dalam sebuah diskusi kitab suci sebelumnya di tempat yang lain, ada anak muda yang menanyakan suatu hal untuk menjawab pertanyaan temannya dari agama lain. Masih banyak anak muda yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang agamanya sendiri. Kondisi itu diperparah lagi dengan berbagai gangguan sosial media, sehingga anak muda kita jarang membaca kitab suci.

“Siapa tidak mengenal kitab suci, tidak mengenal Kristus,” ucap Bang Aldo yang terkesan dengan pernyataan St. Hironimus itu sebagai pengingat bersama untuk terus mendalami kitab suci jika ingin mengenal atau mengetahui lebih banyak perihal iman dan ajaran agama Katolik.

Yesus Sahabat Semua Orang

Setelah sesi pembukaan, acara selanjutnya dikendalikan RD. Sartje Lobi, Pr., yang dipercayakan sebagai moderator. Romo Sartje membuka diskusi tersebut dengan membacakan kutipan dari Kitab Ulangan 6:4-7.

Ketika Pastor Petrus Christologus Dhogo, S.Fil., M.Th., Lic. sebagai narasumber utama menyampaikan materi pengantarnya, ia juga mengaku terkesan dengan kutipan yang dibacakan RD. Sartje sebelumnya.

“Itu juga menjadi ayat favorit saya sebelum memulai kelas kitab suci,” tambah Dosen Kitab Suci STFK Ledalero yang akrab disapa Pater Ito tersebut.

Kutipan itu berisi tentang perintah bagaimana umat Israel, atau kita pada konteks hari ini, membangun relasi dengan Allah. Kita diminta mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.

Perihal yang terakhir, Pater Ito mengingatkan agar kita tidak hanya mengandalkan otot semata, tetap juga menggunakan akal budi. Ajaran itu diharapan bisa diteruskan kepada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja berada.

Pater Ito kemudian membahas arti sahabat sesuai tema utama diskusi. Ia membedakan definisi sabahat dengan teman dan kekasih.

Menurutnya, tingkatan relasi dari ketiga jenis nama hubungan itu berbeda-beda. Sahabat merupakan relasi afektif, tidak terikat pada ruang dan waktu, bersifat eksklusif, dan membangun hubungan altruis (rela berbuat apa saja demi kebaikan orang lain).

Karakter sahabat seperti itu, bagi Pater Ito, semuanya ada pada Yesus. Dia merupakan sahabat semua orang. Bukan hanya bagi anak kecil, tetapi untuk semua kelompok umur, termasuk anak muda yang menjadi sasaran utama pada diskusi malam itu.

Selanjutnya Pater Ito menunjukkan berbagai definisi sahabat dari kitab suci. Ia mengaku ada begitu banyak penjelasan tentang makna sahabat dalam Alkitab, tapi ia hanya menunjukkan beberap ayat saja. Misalnya pada Amsal 16:28, Amsal 17:17, dan Amsal 18:24. Ayat-ayat itu menguraikan lebih detail apa itu sahabat dan apa yang membedakannya dengan jenis relasi yang lain.

“Yesus sendiri menyebut dirinya sebagai sahabat,” tambah alumnus Magister dalam bidang kitab suci di Pontificium Institutum Biblicum De Urbe, Roma itu. Ada beberapa keterangan dalam Alkitab yang membuktikan hal tersebut.

Pater Ito menyinggung beberapa ayat seperti Lukas 5:34, Lukas 7:34, Yohanes 3:29, dan Yohanes 15:15.

Menurutnya ayat yang terahir itu cukup populer, seperti penggalan berikut ini: “…Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”

Berkaitan dengan tema diskusi dan tema perayaan BKSN 2021, Pater Ito meringkas makna Yesus sebagai sahabat selama melewati masa Pandemi COVID-19. Yesus sebagai sahabat orang yang putus asa, kehilangan, menderita, dan bertobat. Empat masalah itu sangat dekat dengan kita manusia, dan Yesus siap menemani kita melewati semua rintangan tersebut. Apa yang harus kita lakukan sebagai sahabat Yesus? Pater Ito menekankan tiga poin penting.

Pertama, kita berusaha seperti Dia yang peka dan tanggap melayani sesama.

Kedua, kita diminta untuk mengidupi kata-kata-Nya atau wasiat-Nya dalam hidup dan karya sehari-hari.

Ketiga, kita mendapat tugas untuk melanjutkan apa yang sudah dimulai-Nya.

Alkitab sebagai Pemersatu

Sartje membuka kesempatan diskusi setelah Pater Ito memberikan materi pengantar. Peserta terlihat antusias bertanya. Mereka menanyakan berbagai isu yang kelihatannya tidak akan selesai jika moderator tidak membatasi waktunya.

Ryan Lino, salah seorang OMK dari Stasi Hati Kudus Bimoku, Paroki Santo Yoseph Pekerja Penfui Kupang, menyampaikan kegelisahannya sebagai anak muda yang tergabung dalam kelompok Orang Muda Katolik (OMK).

Menurut Ryan, anak-anak muda yang terlibat dalam kegiatan OMK tidak banyak dan terkesan kurang antusias. Mungkin karena perkembangan teknologi yang membuat anak muda keasyikan bermaian media sosial, lalu melupakan kegiatan OMK.

Lalu ia bertanya, “Apa yang membuat OMK menjadi seperti itu? Adakah yang masih kurang dari pengelolaan OMK?”

Pater Ito langsung menanggapi pertanyaan pertama itu. Alumnus Sarjana Filsafat dan Magister Teologi STFK Ledalero itu meyakini hal itu disebabkan karena tidak ada landasan yang kuat untuk mempersatukan hubungan dalam OMK tersebut. Apa yang bisa mempersatukan semuanya?

Tandas Pater Ito, Alkitab lah yang mempersatus semua hubungan itu. Tapi sayangnya, ia juga mengakuai, mayoritas anak muda Katolik bahkan malu memegang kita suci. Apalagi untuk membaca dan mendalaminya. Karena itu, ia menyarankan agar kita kembali mengakrabkan diri dengan Alkitab.

“Mulailah dengan menempati Alkitab dengan benar,” terangnya.

“Jangan sampai kita punya kitab suci itu taruh paling bawah, ia ditumpukki oleh buku atau benda yang lain. Kalau seperti itu, ya, bagaimana kita mau membacanya?,” tohok Pater Ito.

Sebagai upaya meningkatan minat anak muda Katolik untuk mendalami isi Alkitab, lantas Bapa Martinus Ladomali bertanya, Bagaimana strategi agar katekese itu tidak membosankan bagi anak muda?

Pater Ito menjelaskan bahwasanya metode katekese itu berbeda-beda tiap kelompok umur. Ada teknik khusus buat anak-anak, orang muda, dan kelompok dewasa. Selama ini yang terjadi, metode orang dewasa dipakai untuk semua kalangan.

“Itulah yang membuat anak muda cepat bosan,” tambahnya.

Peserta diskusi yang lain makin bersemangat bertanya. Ada Melania, Jack, Flory Kelen, Yohanes E. Watu, dan beberapa nama lainnya. Selain bertanya tentang kitab suci, mereka juga menyinggung hal terkait lainnya seperti cara atau kebiasaan berdoa, makna perayaan ekaristi, metode ibadat, cara meningkatkan kepekaan, dan cara membaca kitab suci.

Khusus pertanyaan yang disampaikan Reinard L. Meo, tentang di mana atau apa yang dilakukan Yesus dalam rentang usia 13-29 tahun, Pater Ito mengakui hal itu memang tidak tertera secara eskplisit dalam kitab suci. Alkitab hanya menyajikan informasi ketika Yesus mulai aktif mewartakan firman Tuhan, sedangkan aktivitas lainnya tidak.

Meski demikian, Wakil Ketua Lembaga Biblika Indonesia (LBI) itu bisa memprediksi apa yang dilakukan Yesus Muda dari cara dia menyelipkan perumpamaan ketika menjelaskan firman Allah.

“Kita bisa tahu Dia di mana berdasarkan apa yang Dia buat. Di daerah tempat Yesus bertumbuh menjadi seorang remaja, ada banyak perkebunan anggur di sana. Ada kemungkinan kalau Yesus bekerja sebagai petani anggur semasa mudanya. Selain itu, ia juga dikenal sebagai seorang anak tukang kayu. Jadi, bisa disimpulkan Yesus itu pekerja. Entah bekerja sebagai petani, peternak, tukang bangunan, dan sebagainya,” ungkap dia.

Seperti apa yang disampaikan Pater Ito, Alkitab itu pemersatu. Karena itu tidak heran semua peserta diskusi pada akhirnya bersepakat kebersamaan itu tidak mau berakhir begitu saja.

Waktu menunjukkan hampir pukul 22.00 WITA, dan mereka berkomitmen untuk gabung dalam sebuah grup WhatsApp. Nantinya Pater Ito akan selalu membagikan informasi terkait kitab suci dan membuka ruang diskusi yang berkelanjutan.

//delegasi(*)

Komentar ANDA?